Si
KANCIL DAN SIPUT
Suatu hari angin berhembus semilir-semilir membuat penghuni
hutan mengantuk. Begitu juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya si
kancil berjalan-jalan di hutan sambil membusungkan dadanya.
Sambil berjalan si kancil berkata, "Siapa yang tak
kenal kancil. Si pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti
selesai olehku."
Ketika sampai di sungai, si kancil segera minum untuk
menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih membuat si kancil dapat
berkaca. Si kancil berkata-kata sendirian.
"Buaya, gajah, harimau semuanya binatang bodoh, jika
berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya."
Si kancil tidak tahu kalau ia daritadi sedang diperhatikan
oleh seekor siput yang sedang duduk di bongkahan batu yang besar.
Si siput berkata, "Hei kancil, kau asyik sekali
berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang bergembira?"
Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya si kancil
menemukan letak si siput.
"Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya? Siput yang
kecil dan imut-imut. Eh bukan! Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut,
melainkan jelek bagai kotoran ayam," ujar si kancil.
Siput terkejut mendengar ucapan si kancil yang telah
menghina dan membuatnya jengkel.
Lalu siput pun berkata, "hai kancil! kamu memang cerdik
dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat."
Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan.
Setelah si kancil pergi, siput segera memanggil dan mengumpulkan
teman-temannya.
Si siput meminta tolong teman-temannya agar waktu perlombaan
nanti semuanya harus berada di jalur lomba.
"Jangan lupa, kalian bersembunyi di balik bongkahan
batu, dan salah satu harus segera muncul jika si kancil memanggil, dengan
begitu kita selalu berada di depan si kancil," kata siput.
Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya,
merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput
mempersilahkan kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan
sudah sampai mana ia sampai.
Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang siput
segera menyelam ke dalam air.
Setelah beberapa langkah, si kancil memanggil siput.
Tiba-tiba siput muncul di depan kancil sambil berseru, "hai kancil! aku
sudah sampai sini."
Si kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya.
Kemudian ia memanggil si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di
depannya.
Akhirnya si kancil berlari tetapi ia panggil si siput, ia
selalu muncul di depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan
nafasnya tersengal-sengal.
Ketika hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada
jawaban. Si kancil berpikir siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi
pemenang perlombaan.
Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil
beristirahat. Dengan senyum sinis kancil berkata," kancil memang tiada
duanya."
Si kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang
sudah duduk di atas batu besar.
"Oh kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat
lelah, capai ya berlari?" ejek siput.
Tidak mungkin! Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai,
padahal aku berlari sangat kencang," seru si kancil.
"Sudahlah akui saja kekalahanmu," ujar siput.
Si kancil masih heran dan tak percaya kalau ia dikalahkan
oleh binatang yang lebih kecil darinya. Si kancil menundukkan kepala dan
mengakui kekalahannya.
"Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok.
Aku hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan
kecerdikanmu. Semua binatang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing,
jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka," ujar siput.
Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggalah si kancil
dengan rasa menyesal dan malu.
0 komentar:
Posting Komentar